Me
Time
Selamat
Tinggal Sumpek dan Bosan
Kisah
Imah…Pada saat rasa sumpek tak tertahankan.
Pada suatu pagi yang penuh kabut asap di bulan
September. Waktu sarapan hampir tiba. Saat mau menyeduh teh, huuuppss…
persediaan tak ada sedikitpun..toples tempat persediaan teh bubuk kosong
melompong, Imah melirik jam dinding di dapur pukul 06.14 Wib. Hemmm masih
sempat ke mini market depan rumah yang selalu buka 24 jam.
Bagai kijang yang lincah Imah melesat menyeberang
jalan yang masih cukup sepi, didorongnya pintu mini market yang agak berat itu.
Saat pintu terbuka, terpaan udara dingin menampar pipinya..sepi..belum ada yang
belanja. Mbak kasir menoleh , tersenyum manis dan mengangguk sambil mengucapkan
selamat pagi. “Pagiii” dengan suara agak serak dan sambil mengangguk separuh
hati Imah menjawab sapaan si mbak kasir. Imah bergegas menuju rak tempat teh
dan langsung mencomot tiga kotak teh bubuk yang kotaknya warna biru merah.
Setelah tahu betapa kurang baiknya dampak teh celup, Imah nyaris tak pernah
lagi membeli teh celup. Selain kantung teh yang mengandung zat pemutih, dari
segi kwalitas, teh yang di dalam kantung itu adalah semacam “debu” atau remahan
dari daun teh kering yang sebenarnya.
Agak tergesa Imah berjalan ke meja kasir…sesampai di
depan kasir..Imah seperti tersihir.. Sejuknya ruang ber Ac ditambah aroma segar
dan wangi si mbak kasir membuat Imah terlempar pada kenangan manis entah
beberapa puluh tahun yang lalu. Kenangan itu tiba-tiba membuatnya begitu rileks
dan nyaman…sambil memejam mata dan menghela napas panjang, Imah menikmati
suasana pagi itu.
Kenangan indah dan manis itu menyeruak begitu saja,
saat aroma wangi si mbak kasir sama persis dengan aroma wangi petugas
Perpustakaan Wilayah. Di mana Imah sekali seminggu datang dan meminjam
buku-buku kesayangannya. Bertahun-tahun selalu setia meminjam buku di
perpustakaan, membuat memorinya merekam dengan kuat aroma parfum si petugas
perpustakaan.
“ Hanya teh saja Bu?, tidak ditambah roti tawar,
keju dan pulsa?” Pertanyaan dari mbak kasir membuat Imah terbuyar dari
lamunannya.
“Maaf, ini saja dulu mbak” Imah membuka dompet,
mengeluarkan uang pecahan dua puluh ribuan. Setelah menerima uang kembalian dan
barang yg dibeli Imah pun bergegas pulang.
Setelah selesai sarapan, suami Imah mengantar dua
anak mereka yang duduk di kelas 3 dan 5 SD, sekalian berangkat kerja sebagai
tukang bangunan.
Kini Imah tinggal sendirian di rumah kontrakan
mereka yang mungil. Pekerjaan rumah sudah menunggu untuk diselesaikan. Belum
lagi jahitan baju orderan tetangga sebelah.
Entah mengapa setelah pulang dari mini market tadi
pagi, Imah merasakan kerinduan yang luar biasa untuk mengunjungi kembali
perpustakaan wilayah. Ingin menikmati lagi suasana perpustakaan yang tenang
dengan buku-bukunya yang mencerahkan.
Hari ini Imah merasa begitu jenuh, sumpek dan tanpa
semangat untuk menjalankan segala rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga. Hari
ini Imah merasakan suatu kesumpekan dan kebosanan yang tak tertahankan.
Sumber
: Picklebums.com
Apa
ya Me Time itu?
Seandainya Anda adalah Imah, apa yang akan Anda
perbuat agar semangat hidup menyala kembali? Nah dari kisah Imah tadi,
dapat ditarik kesimpulan bahwa Imah sangat membutuhkan Me Time.
Sekarang apa sih Me Time itu? Yang pasti bukannya
time to mie instan lho yaaa…
Mungkin bagi sebagian orang istilah Me Time sudah
begitu familiar, sudah paham luar dalam bahkan sudah dipraktikkan sehari-hari.
Sudah pula menikmati “khasiatnya” yang luar biasa.
Tapi bagi saya pribadi, istilah Me Time benar-benar
baru. Ketahuan ya saya kurang mengikuti perkembangan zaman hehehe…
Semua berawal dari membaca status facebook dari seorang
ahli Hypnotherapy. Dengan singkat dan gamblang beliau menjawab pertanyaan
seorang ibu yang tidak punya semangat untuk menjalani hari-harinya sebagai ibu
rumah tangga.
Sang Ahli memberi wejangan untuk pertanyaan ibu
tersebut dengan kata kunci Me Time. Wah kebetulan ini…kasus ini banyak dialami
oleh ibu-ibu rumah tangga. Hidup terasa abu-abu tanpa warna sama sekali. Dari
pagi, siang, sore dan malam, hidup bagaikan robot dalam menjalankan rutinitas
sebagai full mom.
Karena rasa penasaran yang begitu menggelitik, saya
coba mencari tahu apa itu Me Time.
Ya ampuuun,
begitu sederhana artinya dan begitu gampang pula untuk diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Belum lagi dampaknya begitu istemewa bagi-bagi ibu-ibu
yang mulai lemah, letih, lesu dan loyo.
Secara harfiah Me Time artinya : waktu saya, waktu untuk diri sendiri. Tidak
dengan mu, tidak juga dengan mereka. Khusus waktu untuk diriku. Waah
kedengarannya egois ya.. Sekilas memang kedengaran egois, terkesan sangat
mementingkan diri sendiri.
Tapi benarkah demikian?
Coba kita simak beberapa ungkapan berikut ini :
-
Seorang ibu yang tidak memiliki Me Time bisa
jadi sebenarnya ia tengah memendam depresi yang bias meledak sewaktu-waktu. (
Sumber : Sayangianak.com)
-
Untuk full time Mom, lebih membutuhkan
Me Time. Mereka bisa dikatakan 24 jam sehari, 7 hari seminggu menghadapi
anak-anak lengkap dengan segala problematikanya. (Sumber : Sayangianak.com)
Nah dari dua ungkapan di atas dapat ditarik
kesimpulan, bahwa seorang ibu rumah tangga begitu membutuhkan Me Time. Coba
bayangkan betapa suntuknya bila para ibu tidak memiliki Me Time, waktu yang
benar-benar digunakan untuk dirinya sendiri. Sang Ibu bisa saja melampiaskan
kemarahannya yang tanpa sebab pada anak-anaknya. Ataupun mengomel tak kenal
waktu pada pasangan hidup.
Sumber
: Kesehatan & Me Time By Ruang Perempuan
Tugas 3 halaman KMOTugas 3 halaman KMO